Bintang-bintang generasi pertama dilahirkan sekitar 13 miliar tahun lalu, ketika
galaksi
kita mulai memadat dari proses pemuaian jagat raya. Sebagian besar
diantaranya masih terbuat dari hidrogen dan helium. Kedua unsur ini
memang merupakan satu-satunya elemen yang terbentuk dalam jumlah besar
selama proses dentuman besar (
big bang) yang diyakini menandai awal terciptanya alam semesta.
Bintang-bintang seperti halnya
Matahari lahir secara berkelompok dalam kompleks-kompleks awan besar yang termampatkan yang disebut
nebula. Salah satu nebula yang terkenal yang menjadi tempat kelahiran banyak bintang adalah sebuah bercak samar di rasi
Orion yang dikenal sebagai
Nebula Orion.
Dilihat dari luar, sebuah nebula nampak gelap dan suram, namun di
bagian dalamnya mereka teriluminasi dengan cemerlang oleh
bintang-bintang yang baru lahir. Setelah itu, bintang-bintang muda itu
akan melanglang keluar dari tempat kelahirannya di galaksi induknya.
Ke arah bintang Deneb di rasi
Cygnus ada suatu gelembung super yang sangat besar dari gas yang sangat panas yang mungkin dihasilkan oleh ledakan sebuah
supernova
di dekat pusat gelembung itu. Pada tepiannya, materi antar bintang
dimampatkan oleh gelombang supernova dan memicu keruntuhan awan dan
pembentukan bintang. Dari segi ini, sebagaimana kehidupan manusia,
bintang juga memiliki orangtua. Dan seperti yang kadang-kadang kita
alami, orangtua juga dapat mengalami kematian ketika melahirkan
anaknya.
Dalam periode remajanya, sebuah bintang biasanya masih
diselubungi oleh berkas nebula gas yang berpendar, sisa-sisa dari
proses pembentukan yang secara gravitasional masih melekat padanya.
Contoh bintang semacam ini bisa kita lihat pada bintang-bintang di rasi
Pleiades.
Mirip
seperti yang dialami manusia, bintang-bintang yang beranjak dewasa
berkelana jauh dari rumah, dan saudara-saudara sekandung jarang saling
bertemu. Bisa jadi di suatu tempat di galaksi Bimasakti ada
bintang-bintang, mungkin lusinan jumlahnya, yang merupakan saudara
sekandung dari Matahari kita. Mereka terbentuk dari nebula yang sama
sekitar 5 milyar tahun lalu. Tapi kita tidak tahu bintang yang manakah
itu. Mereka bisa saja berada di sisi lain dari galaksi kita, atau
mungkin menjadi salah satu dari bintang kecil tak berarti yang kita
lihat berkelap-kelip di langit malam.
Dalam proses kelahiran
sebuah bintang, tumbukan molekul gas dalam interior awan memanaskannya
hingga pada akhirnya tiba ke titik dimana atom-atom hidrogen mulai
bergabung menjadi helium: empat atom hidrogen bersatu untuk membentuk
satu inti helium. Proses ini diikuti dengan pelepasan foton sinar
gamma. Foton tersebut mengalami alternasi emisi dan absorpsi oleh
materi yang terhampar, yang secara berangsur-angsur berupaya mencapai
permukaan bintang.
Dalam perjalanannya, foton terus menerus
mengalami kehilangan energi. Butuh waktu hingga sejuta tahun bagi foton
untuk mencapai permukaan bintang dan dipancarkan ke ruang. Sang
bintang kini telah menyala. Keruntuhan gravitasional awan pra-bintang
telah terhenti. Beban lapisan-lapisan terluar bintang sekarang didukung
oleh suhu dan tekanan tinggi yang dihasilkan di bagian interior reaksi
inti. Matahari berada pada kondisi stabil seperti itu selama 5 milyar
tahun terakhir. Reaksi termonuklir seperti yang terjadi pada bom
hidrogen memberikan tenaga kepada matahari dalam ledakan yang kontinyu
dan berwadah, mengubah sekitar 4 juta ton hidrogen tiap detiknya.
Ketika kita menengadahi langit malam dan memandang kelap-kelip bintang,
semua yang kita lihat bercahaya karena adanya penggabungan inti
hidrogen di kejauhan.
Akhir Hidup Bintang
Proses
fusi dalam bintang-bintang ini terus mengubah hidrogen menjadi helium.
Ketika persediaan hidrogen habis, maka helium mulai terbakar untuk
membentuk elemen yang lebih berat. Reaksi penyatuan ini akan terus
berlangsung untuk memberi tenaga kepada bintang sampai seluruh intinya
berubah menjadi besi. Besi tidak dapat melewati proses fusi untuk
membentuk elemen yang lebih berat sehingga bahan bakar nuklir di
bintang itu pun habislah.
Kecepatan bintang membakar persediaan
nuklir tergantung pada masanya. Sebagai bintang bermassa sedang,
Matahari kita masih belum sampai separuh jalan dalam fase pertama
evolusi bintang. Matahari telah membakar hidrogen selama 5 milyar tahun
dan masih akan berpijar mantap hingga 5 milyar tahun berikutnya.
Sebaliknya, bintang-bintang bermassa besar (sekitar 10 kali massa
matahari) akan membakar persediaan hidrogennya dengan kecepatan hingga
1000 kali kecepatan proses serupa pada bintang sekelas Matahari.
Bintang semacam ini akan menghabiskan bahan bakarnya dalam tempo kurang
dari 100 juta tahun.
Nasib yang disediakan bagi masing-masing
tipe bintang ini di akhir hidupnya juga berbeda. Bintang sekelas
Matahari akan mengakhiri hidupnya dalam sebuah proses evolusi yang
lambat. Ketika persediaan hidrogennya mulai berkurang, teras bintang
akan menyusut. Penyusutan itu akan menghasilkan lebih banyak energi yang
menyebabkan terhentinya penyusutan, dan bintang bersangkutan akan
mulai mengembang. Bintang itu akan terus membengkak hingga menjadi
sebuah bintang
raksasa merah (
red giant).
Helium
yang terbentuk dalam proses fusi bintang itu semasa hidupnya akan
membeku dan membuatnya lebih mengembang. Menjelang habisnya helium,
bintang tersebut akan menjadi labil. Ia akan melepas lapisan luarnya dan
sisanya akan runtuh kedalam. Bintang itu akan mulai berkontraksi dan
menjelma menjadi bintang
kerdil putih (
white dwarfs),
yang berukuran kira-kira sebesar Bumi namun dengan kerapatan yang
sangat tinggi. Bintang tersebut akan mengalami tahapan ini sampai suatu
saat produksi energi benar-benar terhenti dan bintang itu akan menemui
ajalnya sebagai sebuah bintang mati yang dingin dan gelap.
Bintang-bintang
bermassa besar akan mengakhiri hidupnya secepat ia membakar persediaan
hidrogennya.Dalam tempo beberapa detik setelah bahan bakar nuklirnya
habis, sebuah reaksi nuklir yang lebih eksotik segera berlangsung untuk
mengantarkannya sebagai sebuah supernova.
Supernova
Proses
terbentuknya supernova biasanya berawal dari pembangkitan pusat besi
yang masif oleh fusi silikon. Dibawah tekanan yang sangat tinggi,
elektron bebas didalam interior bintang dipaksa untuk menyatu dengan
proton inti besi, dimana muatan listrik yang sama dan berlawanan saling
meniadakan. Bagian dalam inti bintang akan berubah menjadi suatu
nukleus atom raksasa tunggal, mengisi volume yang jauh lebih kecil
daripada elektron dari inti besi sebelumnya. Pusat itu meledak ke dalam
dengan kuatnya, bagian eksterior menyatu kembali dan suatu ledakan
supernova dihasilkan. Supernova dapat lebih cemerlang daripada
keseluruhan cahaya yang dihasilkan oleh semua bintang lain dalam galaksi
dimana supernova terbentuk.
Terbentuknya supernova temasuk
fenomena yang jarang terjadi. Pada umumnya, terjadinya supernova dalam
sebuah galaksi adalah berkisar sekali dalam satu abad. Sepanjang hidup
sebuah galaksi -- sekitar 10 milyar tahun -- 100 juta bintang akan
meledak. Ini jumlah yang sangat banyak, tetapi itu baru berarti hanya
satu diantara 1000 bintang yang akan berakhir sebagai sebuah supernova.
Salah
satu supernova yang terkenal dicatat oleh para astronom China pada 4
Juli 1054. Dalam catatan itu disebutkan bahwa sebuah bintang baru --
mereka menyebutnya "bintang tamu" -- yang sebelumnya tidak pernah
terlihat mendadak muncul di rasi
Taurus
dan bersinar dengan sangat terang. Konon sinarnya begitu terang
sehingga dapat terlihat di siang hari, sementara di malam hari orang
bisa membaca hanya dengan mengandalkan sinarnya. Objek ini terlihat
hingga tiga bulan sebelum akhirnya lenyap begitu saja. Sisa-sisa
peristiwa itu masih dapat kita lihat saat ini melalui teleskop sebagai
sebuah nebula yang dikenal sebagai
Nebula Kepiting (
Crab Nebula).
Astronom
lain dari beberapa kebudayaan, termasuk diantaranya astronom Arab, juga
mencatat kejadian ini. Satu hal yang menarik bahwa peristiwa ini tidak
tercatat pada semua kronik Eropa barat masa itu. Hal ini mungkin bisa
dipahami mengingat dogma gereja masa itu menyatakan bahwa langit
bersifat kekal dan tidak pernah berubah. Karenanya, bagi astronom Eropa
masa itu melaporkan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan gereja
mengandung resiko dikenakan tuduhan bidah yang diancam dengan hukuman
berat.
Baru pada 1572,
Tycho Brahe, seorang astronom Eropa melaporkan adanya sebuah supernova lain. Ia menyebutnya
nova stella, yang artinya "bintang baru". Supernova lainnya tercatat pada 1604 oleh
Johannes Kepler.
Sayangnya, tidak ada supernova yang teramati di galaksi kita sejak
penemuan teleskop, dan selama berabad-abad para astronom dibuat
penasaran oleh pencarian terhadap objek ini.
Nova
Dua
buah bintang dengan massa yang hampir sama akan berevolusi hampir
secara sejajar. Tetapi bintang yang lebih masif akan lebih cepat
menghabiskan bahan bakar nuklirnya, lebih cepat menjadi raksasa merah,
dan menjadi yang pertama mencapai kemunduran akhir kerdil putih.
Karenanya, seharusnya ada banyak (dan kenyataannya memang demikian)
kasus
bintang ganda dimana satu komponennya adalah bintang raksasa merah, dan pasangannya berupa kerdil putih.
Sejumlah
pasangan semacam itu sedemikian dekatnya hingga bersentuhan. Sebagian
atmosfer mengalir dari bintang raksasa merah yang bengkak ke kerdil
putih yang masif lewat suatu daerah tertentu dari permukaan kerdil
putih. Hidrogen menumpuk menekan hingga tekanan dan suhunya terus
meninggi karena gravitasi yang kuat dari kerdil putih. Demikian
seterusnya hingga sejumlah atmosfer yang "dicuri" dari raksasa merah
mengalami reaksi termonuklir, dan kerdil putih meletup sesaat menjadi
lebih cemerlang.
Bintang ganda semacam itu biasa disebut sebagai
nova.
Secara umum, nova memiliki asal-usul yang berbeda dari supernova. Nova
hanya terdapat pada sistem bintang ganda dan dimotori oleh fusi
hidrogen, sedangkan supernova terjadi pada bintang tunggal dan dimotori
oleh peleburan silikon.
Kembali ke Asal
Sepintas
supernova merupakan tahap akhir dari kehidupan sebuah bintang. Namun,
kita tidak boleh lupa bahwa bintang-bintang dan planet pengiringnya juga
dilahirkan dari keruntuhan gravitasional awan gas dan debu antar
bintang. Dengan demikian, supernova selain merupakan akhir dari riwayat
sebuah bintang, di sisi lain juga merupakan pemicu tahapan evolusi
bintang yang melahirkan bintang-bintang baru.
Banyak dari
elemen-elemen berat yang dihasilkan selama hidup sebuah bintang atau
setelah meledak menjadi sebuah supernova tersebar di ruang antar
bintang. Sebagian dari "debu bintang" ini bergabung dengan gas yang
runtuh dan membentuk bintang lain di suatu tempat. Miliaran tahun
kemudian, generasi bintang-bintang berikutnya pun terlahir.
Masing-masing
bintang bisa dikelilingi oleh lingkaran gas dan debu yang dapat
menyatu dan membentuk planet berisi elemen-elemen berat seperti kalsium,
karbon, dan besi. Adalah kenyataan yang menakjubkan bahwa kita semua
tersusun dari elemen-elemen itu. Nitrogen dalam DNA kita, kalsium dalam
tulang dan gigi kita, dan besi dalam darah kita, semua atom yang
membentuk tubuh kita, terbentuk milyaran tahun yang lalu di perapian
yang berasal dari keruntuhan sebuah bintang. Kita semua terbuat dari
materi bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar