Ilmuwan telah mempelajari bagaimana mikroba bisa bertahan dalam kondisi
suhu rendah. Ilmuwan juga mempelajari bagaimana mikroba merespon stres
dan kondisi kerusakan.
Penelitian baru yang didanai NASA memungkinkan ilmuwan untuk mempelajari mikroba dalam es. Peneliti di Department of Biological Sciences LSU mencari tahu bagaimana mikroorganisme bisa bertahan hidup di permafrost atau lapisan es abadi.
Bahkan, dengan penelitian ini bisa mengarah pada kemungkinan mikroba yang bersembunyi dalam es di Mars. Brent Christner, profesor ilmu biologi dan timnya baru-baru ini mengungkap tentang perbaikan DNA pada mikroba yang terjebak dalam es.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Applied and Environmental
Microbiology. Peneliti berfokus pada analisis DNA, molekul keturunan
yang mengkode instruksi genetik yang digunakan dalam pengembangan dan fungsi dari semua organisme.
"Mikroba terdiri dari makromolekul yang jika beku, terkena pembusukan.
Kita tahu dari berbagai reaksi spontan yang mengakibatkan kerusakan
DNA," tutur peneliti.
Jenis terburuk kerusakan dikenal sebagai 'double-stranded
break', di mana DNA mikroba dibelah menjadi dua bagian terpisah. Untuk
membuat kromosom berfungsi, maka dua bagian terpisah itu harus
dimasukkan kembali secara bersama-sama.
Christner mengatakan, kerusakan semacam ini dapat dihindari jika sel-sel
tetap beku dalam lapisan es selama ribuan tahun. "Bayangkan bila
mikroba dalam es untuk waktu yang lama dan DNA ini secara progresif
terpotong-potong. Nantinya akan sampai pada titik saat DNA mikroba
menjadi begitu rusak dan tidak lagi menjadi molekul penyimpan informasi
yang layak. Apa yang tersisa adalah mayat," jelas peneliti.
Oleh karena itu, mikroba yang berada di dalam es di waktu yang lama
dianggap mengerikan dan bisa menghilangkan informasi yang berharga bagi
peneliti. Namun, para peneliti mengklaim mampu menghidupkan kembali
mikroba yang terkubur dalam es.
Mikroba yang terkubur dalam es ini hingga berusia ratusan ribu hingga
jutaan tahun. Pada percobaan yang dilakukan Christner, dirinya
mengungkap bisa menghidupkan kembali beberapa jenis bakteri yang ada di
bagian bawah es Guliya di dataran tinggi Qinghan-Tibet, China Barat. Es tersebut berusia 750 ribu tahun.
Penelitian ini diharapkan bisa mengungkap apakah di Mars benar-benar
memiliki potensi munculnya kehidupan melalui temuan mikroba.