skip to main |
skip to sidebar
Kulit Pisang Sumber Energi Alternatif
Energi alternatif merupakan sumber energi yang
dihasilkan dari bahan-bahan yang belum pernah dimanfaatkan secara luas. Saat
ini, penelitian mengenai energi alternatif lebih dititik beratkan kepada energi
alternatif yang menggunakan bahan-bahan alami dan bersumber dari alam. Menurut
Sutikno (2008) elektrolit dalam batu baterai bersifat asam, sehingga buah yang
bersifat asam dapat menjadi elektrolit. Innocencio Kresna Pratama (2007)
menambahkan, bahwa selain jeruk dan apel, buah lain dapat juga menghasilkan listrik.
Percobaan Wasis Sucipto, S.Pd (2007) membuktikan bahwa kulit pisang dan jeruk
dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah. Hal tersebut menimbulkan
permasalahan, antara lain : Bagaimanakah performa (voltase dan ketahanan)
baterai kering yang menggunakan bahan baku dari kulit pisang? dan Bagaimanakah
pengaruh jenis kulit pisang terhadap performa baterai ?. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata tegangan yang dihasilkan oleh baterai kering dengan
elektrolit kulit pisang adalah 1,24 volt. Dan ketahanan dalam jam dinding
rata-rata selama 5 hari 6 jam (135 jam). Kontruksi baterai kering kulit pisang
sama dengan baterai biasa. Perbedaannya adalah pada elektrolitnya. Kulit pisang
mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit. Mineral
dalam jumlah terbanyak adalah potassium atau kalium (K+). Kulit pisang juga
mengandung garam sodium yang mengandung klorida (Cl-) dalam jumlah sedikit.
Reaksi antara potassium atau kalium dan garam sodium dapat membentuk kalium
klorida atau KCl. Menurut Drs. Asep Jamal (2008) KCl merupakan elektrolit kuat
yang mampu terionisasi dan menghantarkan arus listrik. Pisang juga mengandung
Magnesium dan Seng. Magnesium (Mg) dapat bereaks dengan diklorida dan menjadi
elektrolit kuat. Jumlah Magnesium hanyalah 15 % dari jumlah pisang keseluruhan.
Pisang juga mengandung Seng (Zn) yang merupakan elektroda positif. jumlah
kandungan Seng dalam pisang hanya mencapai 2 %. Sehingga mineral yang paling
berperan dalam menghantarkan listrik adalah potassium atau kalium, yang
bereaksi dengan garam sodium. Dimungkinkan garam magnesium dan seng juga turut
berperan dalam menghantarkan dan menyimpan arus listrik searah. Hasil
penelitian juga menunjukkan, baterai kontrol mampu bertahan lebih dari 7 hari
sedangkan baterai kulit pisang hanya kurang dari 6 hari. Hal ini disebabkan
baterai kontrol memiliki senyawa yang berfungsi sebagai depolarisasi. Senyawa
yang digunakan adalah mangandioksida. Walaupun pisang juga mengandung mangan,
namun jumlahnya hanya 0,6 mg per 100 g. Disamping itu setiap reaksi dalam
baterai mengalami suatu proses polarisasi akibat adanya gas hidrogen yang
terlepas. Pisang dan terutama kulit pisang mengandung lebih dari 60 % kadar air
(H20), yang dapat terlepas apabila terjadi suatu reaksi kimia. Sehingga
kemungkinan terjadinya polarisasi sangat besar. Hal tersebut yang mengakibatkan
perbedaan ketahanan antar baterai kulit pisang dan baterai kontrol cukup besar.
Sedangkan diantara ketiga jenis pisang, maka pisang susu yang memiliki
ketahanan tertinggi. Namun karena selisih ketahanan diantara pisang susu dan
jenis pisang lain kurang dari 24 jam, maka bisa dikatakan bahwa ketahanan di
antara ketiga jenis pisang tidak memberikan perbedaan yang signifikan. Data
pelengkap lain, berupa data berat bersih baterai menunjukkan bahwa rata-rata
kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per baterai. Sementara kulit
pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga satu buah kulit pisang
mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini merupakan keunggulan lain dari
baterai kering dari kulit pisang. Kesimpulan dari penelitian diatas adalah
Baterai kering yang menggunakan bahan baku kulit pisang memiliki rata-rata
voltase 1,2 V dan ketahanan rata-rata 5 hari 7 jam dan diantara ketiga jenis
pisang tidak memberikan perbedaan performa (voltase dan ketahanan) yang
signifikan.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar