1.1 Definisi Blanching
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali
kita menemui bahan pangan nabati seperti buah dan sayur dalam bentuk
produk beku, kering atau kalengan. Bentuk olahan-olahan tersebut disukai
karena selain dapat memperpanjang umur penyimpanan bahan, proses
produksinya juga dipermudah karena akan mempersingkat waktu pengolahan
bahan tersebut menjadi produk akhir. Selama proses pembekuan,
pengeringan, pengalengan maupun selama proses penyimpanannya, bahan
pangan tersebut dapat mengalami penurunan mutu dan nutrisi, sehingga
dibutuhkan suatu proses pemanasan awal yang dikenal dengan istilah blanching. Blanching
adalah proses perlakuan pemanasan awal yang biasanya dilakukan pada
bahan nabati segar sebelum mengalami proses pembekuan, pengeringan atau
pengalengan.
1.2 Metode Blanching
Proses blanching dilakukan dengan memanaskan bahan pangan pada suhu kurang dari 100oC dengan menggunakan air panas atau uap air panas. Contoh proses blanching yaitu mencelupkan sayuran atau buah di dalam air mendidih selama 3 sampai 5 menit atau mengukusnya selama 3 sampai 5 menit.
Setelah dilakukan proses pemanasan bahan
pangan, biasanya dilanjutkan dengan proses pendinginan yang bertujuan
untuk mencegah pelunakan jaringan yang berlebihan sekaligus dan sebagai
proses pencucian setelah blanching. Proses pendinginan dilakukan segera
setelah proses blanching selesai. Bahan dibenamkan ke dalam air
es selama beberapa waktu, biasanya lamanya waktu untuk proses
pendinginan sama dengan lama waktu yang digunakan untuk blanching.
Waktu pendinginan ini tidak boleh terlalu lama, karena dapat
menyebabkan meningkatnya kehilangan komponen larut air karena lisis
kedalam air pendingin. Untuk meminimalkan kehilangan komponen larut air
karena lisis kedalam air pendingin, maka proses pendinginan dapat
dilakukan dengan menggunakan udara dingin sebagai media pendinginnya.
Setiap bahan pangan memiliki waktu proses blanching
yang berbeda-beda untuk inaktivasi enzim, tergantung pada jenis bahan
tersebut, metode blanching yang digunakan, ukuran bahan dan suhu media
pemanas yang digunakan. Pada Tabel dibawah ini dapat dilihat lama waktu blanching dari beberapa jenis bahan pangan :
Sayuran (dalam air suhu 100oC)
|
Waktu blanching (menit)
|
Brokoli
|
2-3
|
Jagung
|
2-3
|
Bayam
|
12
|
Beet ukuran kecil, utuh
|
3-5
|
Beet dipotong dadu
|
3
|
Idealnya, lama waktu yang diperlukan untuk proses blanching adalah pas tidak terlalu lama atau terlalu sebentar. Proses blanching yang berlebihan akan menyebabkan produk menjadi matang, kehilangan flavor,
warna, dan nutrisi-nutrisi penting yang terkandung didalamnya karena
komponen-komponen tersebut dapat rusak dan terlarut kedalam media
pemanas (pada proses blanching dengan air panas atau steam).
Sebaliknya, waktu blanching yang
terlalu sebentar akan mendorong meningkatnya aktivitas enzim perusak dan
menyebabkan kerusakan mutu produk yang lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak mengalami proses blanching.
Proses blanching salah satunya bertujuan
untuk menjaga mutu produk, dengan cara menonaktifkan enzim alami yang
terdapat pada bahan pangan. Enzim tersebut di nonaktifkan karena dapat
mengganggu kualitas pangan saat dilakukan proses pengolahan
selanjutnya. Contohnya ialah enzim polifenolase yang menimbulkan
pencoklatan pada bahan pangan buah-buahan. Tujuan blanching bervariasi dan bergantung pada proses pengolahan yang akan dilakukan.
Dalam proses blanching buah dan
sayuran, terdapat dua jenis enzim yang tahan panas, yaitu enzim katalase
dan peroksidase. Kedua enzim ini memerlukan pemanasan yang lebih tinggi
untuk menginaktifkannya dibandingkan enzim-enzim yang lain. Baik enzim
katalase maupun peroksidase tidak menyebabkan kerusakan pada buah dan
sayuran. Namun karena sifat ketahanan panasnya yang tinggi, enzim
katalase dan peroksidase sering digunakan sebagai enzim indikator bagi
kecukupan proses blanching. Artinya, apabila tidak ada lagi aktivitas enzim katalase atau peroksidase pada buah dan sayuran yang telah di blanching, maka enzim-enzim lain yang tidak diinginkan pun telah terinaktivasi dengan baik.
- 2. Fungsi Alat
Sayuran hijau yang diberi perlakuan blanching sebelum dibekukan atau dikeringkan mutu wama hijaunya lebih baik dibandingkan dengan sayuran yang tidak di blanching terlebih dahulu. Dalam pengalengan sayuran dan buah-buahan, blanching
dapat menghilangkan gas dari dalam jaringan tanaman, melayukan jaringan
tanaman agar dapat masuk dalam jumlah banyak dalam kaleng,
menghilangkan lendir dan memperbaiki warna produk. Alat yang digunakan
untuk proses blanching adalah blancher dimana proses yang terjadi
bertujuan untuk:
- Menonaktifkan enzim alami yang terdapat pada bahan pangan.
- Membunuh sebagian jasad renik yang terdapat pada bahan pangan.
- Mematikan jaringan-jaringan bahan.
- Menghilangkan kotoran yang melekat pada sayuran.
- Menghilangkan zat-zat penyebab lendir pada sayuran.
- Mengeluarkan gas-gas, termasuk O2 dalam jaringan buah atau sayuran.
- Mempertahankan mutu sensorik dan nutrisi dari buah dan sayur.
Pada proses blanching prinsipnya adalah melewatkan bahan pangan menuju uap pemanas dan media pendingin (dapat berupa udara atau air). Proses blanching dalam skala industri dilakukan pada Rotary Drum Steam Blancher. Ini merupakan suatu alat dimana proses blanching
berupa pemanasan dan pendinginannya dilangsungkan dalam suatu drum yang
berputar. Proses pemanasan di dalam alat umumnya dilakukan pada suhu
70-80oC bergantung pada jenis bahan pangan dan menggunakan
uap jenuh. Sementara untuk proses pendinginan dipilih menggunakan media
pendingin berupa air kondensat.
- 3. Jenis dan Gambar Alat
Kapasitas dari alat ini mencapai 1000
hingga 50.000 PPH (Pounds per Hour), tergantung dari waktu tinggal
bahan pangan dan jenis bahan pangan itu sendiri. Rotary Drum Steam Blancher
efisien dalam penghematan energi dan mudah dalam proses pembersihannya.
Recovery di akhir proses dapat mencapai 3%. Energi yang dikonsumsi oleh
steam blancher kurang lebih setengah dari konsumsi energi water
blancher. Alat ini juga praktis karena pemanasan dan penginginan
berlangsung dalam satu alat sehingga bisa mengingkatkan efisiensi dan
efektivitas dari proses produksi bahan pangan.
- 4. Contoh Produk
Di industri jasa boga, buah dan sayur
segar yang telah mengalami perlakuan perlukaan (misalnya dikupas, diiris
atau dirajang) kadang-kadang tidak langsung diolah karena berbagai
faktor. Bahan yang mengalami perlukaan ketika kontak dengan udara akan
mengalami kerusakan warna, flavor dan tekstur karena aktivitas enzim.
Proses blanching dilakukan untuk inaktivasi enzim dan mencegah
terjadinya kerusakan tersebut. Blanching juga bisa dilakukan untuk
mempermudah proses pengupasan. Panas karena blanching akan melunakkan
kulit bahan sehingga mempermudah proses pelepasan kulit bahan.
Proses blanching juga membantu
membersihkan bahan dan mengurangi jumlah mikroba awal, terutama yang ada
di permukaan bahan. Pada sayuran daun, proses blanching dapat mereduksi
jumlah bakteri mesofilik lebih dari 103 koloni/gram, tanpa menambahkan
perlakuan kimiawi. Untuk alasan ini, maka proses blanching terkadang
juga digunakan sebagai alternatif pengawetan untuk produk buah dan sayur
diolah minimal (contohnya salad buah dan sayur; dan fresh cut product)
yang dikemas dalam kemasan vakum dengan lama penyimpanan lebih dari 10
hari dan kondisi suhu ruang penyimpanan tidak stabil di suhu dingin
(kurang dari 4oC).
Blanching yang dilakukan pada proses
pengalengan, ditujukan untuk mengeluarkan udara dari dalam jaringan
bahan dan meningkatkan suhu bahan (pemanasan awal). Pengeluaran udara
dari jaringan dan pemanasan awal sebelum pengisian kedalam kaleng
menjadi tujuan utama karena sangat berpengaruh pada penurunan kadar
oksigen (pembentukan kondisi vakum) di dalam wadah. Keberadaan oksigen
dalam produk kaleng tidak dikehendaki karena akan mempercepat proses
kerusakan dan memperpendek umur simpan produk. Selain itu, blanching
pada proses pengalengan juga bertujuan untuk melunakkan jaringan bahan
sehingga mempermudah proses pengemasan (pengisian).
Pada proses pengalengan, inaktivasi enzim
tidaklah menjadi tujuan utama. Pada beberapa kasus pengalengan,
blanching bertujuan untuk mengaktivasi kerja enzim. Dalam kasus ini,
aplikasi panas selama pengalengan menyebabkan lapisan epidermis bahan
menjadi rusak dan tekstur berubah menjadi lembek. Blanching yang
dilakukan pada suhu rendah dan waktu yang panjang dapat mencegah
terjadinya pelunakan tekstur karena meningkatkan aktivitas enzim pektin
metil esterase, enzim yang mengubah karakteristik biokimiawi dinding sel
dan lamella tengah dari jaringan nabati menjadi lebih mudah membentuk
kompleks dengan kalsium yang mencegah pelunakan tekstur.
Blanching untuk sayuran biasanya
dilakukan dengan menggunakan air panas atau steam sementara blanching
buah dilakukan dengan menggunakan larutan kalsium. Penggunaan larutan
kalsium, bertujuan untuk mempertahankan tekstur buah melalui pembentukan
kalsium pektat. Pengental seperti pektin, karboksimetil selulose dan
alginat juga dapat digunakan untuk membantu mempertahankan tekstur buah
agar tetap segar setelah proses blanching.
Contoh aplikasi blanching pada saat
memasak sayur mayur adalah sayur yang sudah dibersihkan dimasukkan ke
dalam air yang mendidih, direbus hingga berubah warna menjadi warna yang
diinginkan lalu diangkat dan langsung dicelupkan ke dalam air dingin,
umumnya air es. Tujuan proses blanching pada persoalan di atas adalah
untuk mendapatkan kematangan yang diinginkan. Pencelupan sayur ke dalam
air dingin bertujuan untuk menghentikan proses pematangan, karena
seperti yang diketahui, ketika sayur diangkat dan masih dalam keadaan
panas maka proses pematangan masih tetap berlangsung.
Hal ini dapat menyebabkan sayuran
berwarna terlalu coklat atau terlalu matang. Selain untuk mencapai
tingkat kematangan tertentu, proses ini bertujuan untuk mendapatkan
tekstur tertentu dari suatu sayuran. Tekstur yang diinginkan mungkin
agak lunak atau lebih renyah, ini tergantung kepada teknik memasak.
Tujuan lain dari proses ini adalah untuk menghilangkan potensi
berkecambah dari biji- bijian. Hal ini merupakan salah satu proses
pengawetan.
- Pengganti Bleaching
Blanching dengan air panas tidak selalu
diinginkan, terutama pada buah potong yang akan dimakan dalam bentuk
segar dan buah beku yang akan dikonsumsi dalam bentuk segar (tanpa
pemasakan) setelah proses thawing. Pada buah potong yang akan dikonsumsi
dalam bentuk segar, proses blanching dapat menyebabkan perubahan
karakteristik sensorik ‘khas buah segar’-nya. Sementara pada buah beku,
kerusakan panas yang terjadi selama blanching pada beberapa jenis buah
menyebabkan perubahan flavor dan tekstur buah (tekstur menjadi porous
seperti gabus) setelah dithawing. Kondisi ini menyebabkan buah menjadi
tidak layak untuk dikonsumsi segar. Untuk kasus seperti ini, maka
digunakan metode alternatif lain untuk menghambat perubahan enzimatis
terutama reaksi pencoklatan.
Beberapa metode yang bisa digunakan
sebagai pengganti blanching pada pembuatan buah beku adalah inaktivasi
enzimatis secara kimia, menghindarkan kontak dengan oksigen (misalnya
dengan mengemas buah dalam larutan gula) dan perendaman dalam larutan
yang mengandung anti oksidan (misalnya asam askorbat).
Contoh lain proses blanching diterapkan
pada buah- buahan. Proses blanching ini bertujuan untuk mencegah
terbentuknya warna coklat pada buah- buahan. Buah yang paling mudah
mengalami pencoklatan adalah apel. Blanching yang dilakukan pada buah-
buahan ini adalah dengan memberikan panas terhadap bahan pangan melalui
perendaman bahan dalam air yang mendidih atau pemberian steam dalam
waktu yang relatif singkat.
Untuk apel, setelah dikupas dan dipotong-
potong selanjutnya apel direndam di dalam air panas selama 3 menit
dengan suhu mencapai 82-93°C. Setelah proses perendaman selesai, apel
direndam dalam larutan vitamin C. Dengan takaran vitamin 200 miligram
per liter. Sehingga akan diperoleh apel yang tetap segar dengan tambahan
vitamin C. Selain itu, proses blanching untuk buah- buahan dapat
dilakukan dalam larutan garam kalsium dengan tujuan untuk memperbaiki
kekerasan buah dengan terbentuknya kalsium pektat. Kekerasan buah
setelah diblanching juga dapat diperbaiki dengan bantuan pektin,
karboksimetil dan alginat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar