Berbicara tentang Islam, secara garis besar Islam dibagi menjadi 2 (seharusnya tetap 1 sampai kiamat), Sunni dan syiah. Dan dari banyak artikel dan sumber yang saya baca, termasuk dari eramuslim.com, syiah merupakan aliran produk yahudi la’natullah. Dan akhirnya timbul beberapa pertanyaan dalam benak saya,
1. Bagaimana kita menyikapi mereka? Haruskah kita perlakukan layaknya kafir sementara mereka juga mengakui Allah sebagai Tuhan, dan Rasulullah Muhammad sebagai utusan Allah?
2. Kalau memang aliran syiah berasal dari yahudi, mengapa justru dimasa sekarang ini Iran yang Syiah menjadi musuh babuyutan bagi Yahudi?
3. Apa sebenarnya hubungan yang terjalin antara Syiah dan Yahudi dimasa sekarang ini (kalau memang ada)?
Mesti saya koreksi, Islam tetap lah satu sedangkan Syiah bukanlah Islam. Dia ajaran yang menyempal dari Islam. Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata: “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam”. Maka itu Syiah lebih pas disebut aliran.
Istilah Sunni atau Syi’i pun tidak ada sebelumnya. Kedua istilah itu baru muncul setelah Sayyidina Ali menjadi khalifah dan lebih kuat lagi ketika Sayyidina Husain terbunuh. Adapun pada perkembangannya, nama Sunni kemudian hadir untuk merespon lahirnya Syiah agar tidak disamakan dengan golongan Syi’ah yang membonceng nama Islam.
Untuk melihat vonis kafir terhadap seorang yang berada dalam lingkaran Syi’ah kita harus jeli, sebab banyak umat yang masuk ke Syiah awam akan kesesatan aliran ini.
Kita ketahui bersama Syiah kerap mendakwahkan alirannya lewat jalan taqiyyah. Mereka tidak berani tampil vulgar dengan doktrin aselinya bahwa Al- Qur’an yang ada terdapat pengurangan dan tidak otentik. Bahwa Ahlussunnah dimata orang syi’ah adalah kafir (Murtad), anak zina, halal darah dan hartanya. Dan masih banyak lagi. Namun ulama-ulama Syiah bahkan Khomeinni sekalipun sudah jelas kafir karena menyatakan dirinya ma’sum.
Oleh karenanya Imam Bukhori dalam Kholgul Afail halaman 125, pernah berkata, “Bagi saya sama saja, apakah aku sholat dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka."
Apakah Syiah Memusuhi Yahudi????
Jangan mudah juga percaya bahwa Syiah itu betul-betul memusuhi Yahudi. Kehidupan Yahudi di Iran pun tenang-tenang saja, mereka diberi hak-haknya. Tidak ada tanda permusuhan dari seorang Ahmadinejad. Bahkan Iran adalah Negara di Timur Tengah yang menampung Yahudi terbanyak setelah Israel dengan jumlah populasi yang mencapai 50.000 orang dan tersebar di tiga kota, Teheran, Isfahan, dan Shiraz. Berbeda dengan sunni yang mengalami penindasan.
Uniknya kelompok Syiah di Indonesia malah menyerukan persatuan, menurut saya, alangkah baiknya mulut mereka diarahkan kepada Ahmadinejad sendiri.
Sunni Iran mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, bahkan adzan kaum Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran.
Hebatnya, seakan berbanding terbalik, Sinagog Yahudi justru banyak bertebaran di seantero Iran, di Teheran sendiri ada 10 tempat ibadah kaum Yahudi laknatullah tersebut. Mereka aman, sejahtera, dan sentosa.
Situasi kegetiran kaum Sunni Iran pun sangat menyedihkan. Mereka hidup di pinggiran dan perbatasan. Sementara kaum Syiah dan Yahudi menghuni kawasan kota-kota besar di Iran. Apa arti dari ini semua? Apakah betul Syiah memusuhi Yahudi?
Hubungan kekerabatan ini amat wajar sekali terjalin, karena Syiah sendiri adalah hasil makar Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi gembong munafik yang menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman yang geram melihat Islam tersiar dan tersebar di jazirah Arab, di Imperium Romawi, negeri-negeri Persia sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di perbatasan-perbatasan Eropa.
Maka itu tak heran pula ajaran Syiah mirip dengan Yahudi. Sebagai contoh Orang Yahudi mengatakan yang layak memegang kekuasaan adalah keluarga Dawud. Sedangkan kata Syi’ah tidak layak menduduki imamah (kekuasaan) kecuali anak turun ‘Ali bin Abi Thalib (Ahlul Bait).
Yahudi mengganti kitab Taurat dengan talmud, sedangkan Syiah merubah kitab suci Al-Qur’an dengan al-Jamiah, al-Jufr dan Mushaf Fatimah.
Hubungan Syiah dan Zionis Israel
Beberapa waktu lalu seorang Ulama Syiah sempat membuat pernyataan mengejutkan, Menurut Ulama Syiah Mahmud Nubia, bahwa penasehat teras atas Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei, menyatakan bahwa Iran harus memiliki "hubungan yang bersahabat" dengan Negara Yahudi, namun Ahmadinejad menahan diri dari posisi ini di depan umum karena pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan dengan hal ini.
Nubia lebih lanjut menyatakan bahwa Presiden Iran secara pribadi mengatakan kepadanya bahwa ia mendukung pernyataan Mashaei, tapi tidak bisa berkata apa-apa karena menghormati pemimpin tertinggi Syiah Iran, Ali Khamenei.
Sejatinya, menurut Husain Ali Hasyimi, dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.
Bahkan pada tahun 1980-1985, Zionis Yahudi merupakan Negara pemasok senjata terbesar ke Iran. Sandiwara "permusuhan" Iran dan Yahudi mulai terbongkar, ketIran tersesat, sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya di teika pesawat kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Yahudi ke mbak jatuh oleh pasukan pertahanan Uni Soviet. Dikisahkan, Iran membeli persenjataan dari Yahudi seharga 150 juta dolar Amerika, sehingga untuk mengirimkan seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar